Budaya Balia Mewarnai Palu Nomoni

  • Whatsapp
banner 728x90

KOTA PALU,- SALAH SATU Peninggalan budaya asli masyarakat Lembah Palu, tana Kaili Sulawesi Tengah yang telah lama ditinggalkan adalah nobalia. Yaitu prosesi pelaksanaanya menggunakan media dunia lain, atau berhubungan dengan supranatural.  Tujuannya untuk menyembuhkan seseorang dari penyakit dan hal tertentu lainya melalui bantuan mahluk astral.

Nobalia kembali diketengahkan di Festival Pesona Palu Nomoni II dan Pekan budaya Indonesia III di Kampung Kaili Sabtu (23/9/2017) pukul 18.00 Wita.  Peserta Balia yang berasal dari Keluran Baiya Kecamatan Palu Utara  mewakili daerahnya dalam memeriahkan hajatan tersebut. Pantauan di lokasi suasana lokasi terlihat kerumunan pengunjung memadati area Soki-Soki,  tempat  pelaksanaan Balia tersebut.

Suasana yang mencekam dan sedikit diwarnai hawa mistis terlihat dari dalam dan halaman rumah kecil suku kaili, dimana terdengar untaian kalimat-kalimat yang dilafalkan dalam dialek bahasa  Rai  dan tarian yang diperagakan para wanita diiringi hentakan gendang serta seruling dari peserta pria menambah meriahnya suasana pertunjukan malam itu.

Setelah melakukan tarian adat dengan membekal senjata tajam, tibalah pada acara utama yaitu melakukan ritual penyembelihan seekor kambing yang mana kemudian dagingnya akan dimakan seluruh peserta Topo Balia tanpa ada yang tersisa.  Nampak orangtua adat melakukan prosesi upacara adat memakai baju dan Siga atau ciri khas ikat kepala tanah kaili berwarna merah melafaskan bahasa ritual yang bertujuan untuk keselamatan bagi yang hadir di tempat tersebut.

Salah seorang topo Balia yang enggan disebutkan namanya saat ditemui Kaili Post di sela-sela ritual tersebut mengatakan upacara Balia ini sudah lama ditinggalkan. Karena mengandung unsur kesyirikan kepada Tuhan. Karena dalam proses ritualnya meminta bantuan dari jin atau mahluk halus lainya. Dalam hal ini para penari maupun anggota  Balia akan dimasuki roh halus dalam aktifitasnya pada acara ini. “Kalau  Balia yang kami lakukan ini tidak seektrim pada kelurahan lain, biasanya mereka melakukan hal diluar nalar orang biasa dengan menginjak bara api,” pungkasnya.**

Reporter: Firmansyah

Berita terkait