Jangan Pisahkan Alkhairaat Dengan to Kaili dan to Bugi

  • Whatsapp
banner 728x90
Dari Dialog Publik HPA

Reporter : Ikhsan Madjido

KAILIPOST.COM,- SULTENG- ALKHAIRAAT tidak bisa
dipisahkan dari to Kaili (orang
Kaili) dan to Bugi (orang Bugis)
karena Guru Tua, pendiri Alkhairaat dan sebagai turunan ke-35 Nabi Muhammad SAW,
telah kawin dengan budaya Kaili yang ditandai dengan pernikahannya dengan
bangsawan putri Kaili, Ince Ami.
Hal ini menjadi akar nasionalisme Guru Tua, ditambah lagi
ibunya, Andi Syarifah Nur, berasal dari suku Bugis Wajo.
“Jadi jangan dipisahkan Alkhairaat dengan to Kaili dan to Bugi. Selama di tanah Kaili, tidak pernah Guru Tua mencela
kearifan lokal to Kaili,” ungkap Dr Abdul Gani Jumat, MA, sebagai narasumber pada
Dialog Himpunan Pemuda Alkhairaat (HPA) di gedung Universitas Alkhairaat
(Unisa), Kamis (28/6/2018).
“Salah satu muara akar nasionalisme Guru Tua adalah ilmu
dan akhlak. Dan hal ini menjadi nilai dasar alim ulama di Alkhairaat,”
tambahnya.
Dengan ilmu dan akhlak yang baik dapat diwujudkan
cita-cita bangsa dan negara ini.
“Akhlak Guru Tua adalah tidak pernah sekalipun menyalahkan
dan menghujat orang lain,” terangnya.
Menurut dosen IAIN Palu ini, akar nasionalisme Guru Tua
juga bersumber dari aspek tauhid dan syariat.
Sejak kedatangannya yang pertama kali
pada 1911M dan kedatangan kedua pada 1922M, serta sejak Muktamar Al Khairat
yang pertama, Guru Tua tidak pernah mempersoalkan Pancasila sebagai dasar
negara.
“Dari 1.750 syair dan bait
Guru Tua, tak satupun ungkapan yang tidak setuju dengan Pancasila. Olehnya
pemuda diharapkan untuk membangun wawasan kebangsaan dan menjaga keutuhan
bangsa,” katanya.
Dialog publik yang bertema Peran
Pemuda Alkhairaat Dalam Menjaga Kebhinekaan dan Kearifan Lokal demi Menjaga
NKRI, juga menghadirkan narasumber Kapolda Sulteng yang diwakili Wadir Binmas,
dan Kepala Kesbangpol Sulteng, Dr Fachruddin Yambas, serta dihadiri puluhan
mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Kota Palu.**

Berita terkait