Program Kaili Day SMPN 7 Palu, Lestarikan Budaya Lokal

  • Whatsapp
banner 728x90

Reporter: Ikhsan Madjido

KEPALA SMPN 7 Palu menilai
dunia pendidikan berkontribusi besar dalam melestarikan budaya dan tradisi
lokal.  Pasalnya, penduduk Kota Palu
khususnya yang menyekolahkan anaknya di institusi pendidikan, berasal dari
berbagai daerah yang memiliki tradisi dan budaya masing-masing.

“Mengenalkan budaya Palu, utamanya Bahasa
Kaili menjadi bagian tanggung jawab dunia pendidikan pada warga Palu maupun
yang berasal dari luar Palu,” kata Kepala SMPN 7 Palu, Masaat, sesaat setelah
penanda tanganan MoU sekolah adiwiyata, di ruang kerjanya, Rabu (18/7/2018).

Bahasa Kaili sebagai warisan nenek moyang
yang turut memperkaya khasanah dan keanekaragaman budaya dan tradisi Indonesia,
perlu dilestarikan. Olehnya itu, pada tahun ajaran ini, SMPN 7 Palu akan
mencanangkan program Kaili Day di sekolah.

“Rencananya sekali seminggu dilaksanakan
Kaili Day, yakni pada hari Jum’at. Jadi, guru dan siswa diharuskan berbahasa
Kaili pada saat di luar ruangan. Bukan hanya bekomunikasi lisan, tapi bacaan
pun harus berbahasa Kaili,” terang Masaat.

Dengan demikian, siswa berasal dari luar
Palu bisa belajar bahasa Kaili dan secara bertahap akan memahami budaya dan
tradisi Kaili.

Namun, sebelum dicanangkan program ini akan
dirapatkan dan disosialisasikan dulu dengan orang tua siswa.

Sementara itu, Ketua Komite SMPN 7 Palu,
Harjun Arubamba sangat mendukung dan mengapresiasi program ini. Karena dinilai
program ini merupakan salah satu upaya sekolah,
untuk mengajarkan siswa agar mencintai tradisi dan budaya Kota Palu, sehingga
tradisi tersebut bisa terus diketahui oleh generasi-generasi selanjutnya.


“Sehingga, tidak ada lagi
kata malu menggunakan bahasa daerah, tetapi harus semakin bangga dan mencintai
bahasa Kaili. Sebab, jika bukan kita, penduduk Kota Palu yang mencintai bahasa nto tua ta, isema vai yang akan menjaga budaya tersebut,” jelasnya. 

Selain program Kaili Day,
SMPN 7 Palu sejak April 2018 telah memprogram pelatihan kesenian tradisional.
Beberapa even lomba kesenian telah diikuti sebagai buah hasil pelatihan. “Untuk
kegiatan festival Indonesiana 2018, beberapa siswa kami diikutkan dalam kesenian
perkusi,” kata Masaat.
Pelatihan kesenian ini
dibimbing oleh tenaga pelatih dari dewan kesenian Palu (D
KP). “Kami bayar
dengan dana BOS Rp5 ratus per bulan, untuk 2 orang tenaga pelatih,”
ungkapnya.**

Berita terkait