Imbas Krisis, Warga Venezuela Eksodus

  • Whatsapp
banner 728x90

.
MASYARAKAT Venezuela berbondong-bondong
keluar dari negaranya imbas krisis ekonomi yang terjadi. Negara-negara lain di
kawasan yang menjadi tujuan masyarakat 
Venezuela antara
lain Brazil, Kolombia, Ekuador dan Peru. Negara-negara tersebut pun berjuang
hadapi arus pendatang dari Venezuela. Ratusan ribu masyarakat telah melakukan
perjalanan ke Kolombia dan Ekuador, serta banyak yang menuju lebih  jauh ke
selatan Peru dan Chile.

Pada Sabtu pekan lalu, Ekuador pun memperkenalkan pembatasan masuk baru
yang sebabkan ratusan migrant terdampar di sisi perbatasan Kolombia. Demikian
kutip laman BBC, seperti ditulis Kamis (23/8/2018). Di tengah kebingungan,
beberapa orang Venezuela yang putus asa bahkan menentang aturan baru dan masuk
melalui penyeberangan yang tidak dijaga. Namun, masyarakat 
Venezuela itu
hadapi denda karena akses negara secara illegal.

Selama tiga tahun terakhir, sekitar 3.000 orang Venezuela memasuki
Kolombia setiap hari. Negara itu memberikan tempat tinggal sementara kepada
lebih dari 800 ribu orang. Pemerintahan Peru menuturkan, kalau pekan lalu
sekitar 20 ribu orang Venezuela memasuki negara tersebut.

Jumlah warga Venezuela yang memasuki Brazil meningkat meski pun ada
serangan di kamp-kamp darurat migrant pada Sabtu pekan lalu. Seorang juru
bicara militer Brazil menuturkan, sekitar 900 orang Venezuela diperkirakan
berada di negara bagian Roraima. Jumlah tersebut naik tajam dibandingkan
rata-rata harian.

Adapun masyarakat yang mencoba melarikan diri dari reruntuhan ekonomi
Venezuela memicu ketegangan di wilayah regional. Apalagi ada ketidakpastian
usah keluarkan uang kertas baru. 
Pemerintah Venezuela telah pangkas lima nol di mata uang bolivar dan
menambatkannya di mata uang virtual baru Petro.

Pemerintah mengatakan langkah itu diperlukan untuk atasi inflasi yang
menlaju. Namun, ahli mengatakan hal tersebut dapat sebabkan kekacauan lebih
besar.

KEMUDIAN APA YANG TERJADI DI BRAZIL?
Pasukan keamanan ekstra telah dikirim ke perbatasan dengan Venezuela
menyusul aksi kekerasan di dekat kota Pacaraima. Pemerintah negara bagian
Roraima telah meminta Mahkamah Agung untuk sementara menghentikan masuknya para
migrant dari Venezuela. Bahkan layanan sosial pun kewalahan.
Namun, Menteri Keamanan Brazil Sergio Etchegoyen menuturkan, penutupan
perbatasan itu tidak terpikirkan karena illegal. Kehadiran polisi militer di
perbatasan telah perbaiki situasi. “Ada ketegangan tetapi tidak ada
konflik,” ujar dia.

Banyak dari masyarakat Venezuela yang menyeberang ke Brazil mengatakan
kalau lapar dan tidak memiliki akses ke layanan medis di Venezuela. Militer
mengatakan, sekitar 800 migran Venezuela tiba di Roraima. Sekitar 300 lebih
banyak dari rata-rata jumlah menyeberang setiap hari hampir satu tahun.

Apa yang Terjadi dengan Mata Uang?
Dana Moneter Internasional atau The International Monetary Fund (IMF)
memperkirakan inflasi di Venezuela bisa mencapai satu juta persen pada 2018.
Berdasarkan studi yang dilakukan National Assembly, harga telah meningkat dua
kali lipat setiap hari dalam rata-rata 26 hari.

Pemerintah pun keluarkan uang kertas baru dalam “sovereign
bolivars” yang merupakan alat pembayaran sah pada Senin. Namun, karena
pada Senin dinyatakan sebagai hari libur umum, sekarang perhatian terfokus pada
toko dan bank bereaksi ketika langkah-langkah drastis mulai berlaku pada
Selasa.

Langkah ini secara efektif merupakan redenominasi. Presiden Venezuela
Nicolas Maduro memangkas lima nol dari mata uang lama the strong bolivar dan
memberinya nama baru.

Delapan uang kertas baru dan dua koin baru sedang beredar. Adapun mata
uang itu memiliki nilai 2,5,10,20,50,100,200 dan 500 sovereign bolivars. Adapun
mata uang lama akan terus beredar untuk sementara waktu. Gubernur bank sentral
Venezuela Calixto Ortega menuturkan, uang kurang dari 1.000 bolivars akan dihapus
secara langsung. Pemerintah berharap rencana ekonomi barunya tidak hanya akan
mengekang hiperinflasi negara itu tetapi juga akhiri perang ekonomi.**

Sumber:Liputan6.com

Berita terkait