Kajati: Wayang Kulit Berperan Dalam Penyebaran Islam

  • Whatsapp
banner 728x90

Repoter: Firmansyah
PENYEBARAN
AGAMA
Islam di tanah Jawa, wayang kulit merupakan media paling berpengaruh
dalam proses tersebut. Salah seorang tokoh penyebar agama yang dianut mayoritas
penduduk Indonesia, termasuk dalam deretan Wali Songo, atau sembilan Wali,
Sunan Kalijaga dalam setiap dakwanya, selalu menyelipkan pesan dari Alquran
kepada masyarakat. Hal itu diungkapkan kepala Kejaksaan Tinggi Sulteng, Sampe
Tua saat pagelaran wayang kulit semalam suntuk memperingati hari Bakti Adhiyaksa  ke
58, di halaman kantor Kejati (4/8/2018).
Dalam
perkembanganya, wayang kulit dianggap telah hadir 1500 tahun sebelum Masehi.
Wayang kulit tertua yang pernah ditemukan, diperkirakan berasal dari abad ke
dua Masehi. Kesenian tradisional tersebut juga telah mendapatkan penganugerahan
dari UNESCO sebagai salah satu sejarah tertua budaya dunia dalam seni
bertututur, atau world master pice of oral and intangible of humanity ditahun
2003.
Dalam hal
ini, pasti banyak yang bertanya. Mengapa bukan budaya lokal yang ditampilkan.
Sampe Tua mengungkapkan bahwa hal tersebut merupakan salah satu cara
melestarikan budaya nasional kepada masyarakat kota Palu yang pluralisme
(beragam). Dalam pesan disampaikan ki dalang, tersirat pesan moral, edukasi,
penegakan keadilan didalamnya. “Tidak tertutup kemungkinan, kedepanya
juga akan ditampilkan kesenian lokal dari tanah kaili,’’ akunya.
Hal itu
juga menurut Kajati sebagai antisipasi dalam menyikapi budaya dari luar yang
tidak sesuai dengan karakter budaya leluhur bangsa Indonesia berlandaskan
Pancasila, UUD 45 serta Bhineka Tunggal Ika. Olehnya dia berharap agar
pagelaran tersebut dapat menjadi perekat bagi seluruh warga kota Palu dalam
bersama menolak hoax, narkoba, radikalisme, terorisme.
Staf Ahli
Pemprov Sulteng, Ardiansyah Lamasituju dalam sambutanya mewakili Gubernur
mengungkapkan bahwa pagelaran tersebut sangat tepat dalam menginspirasi serta
memberikan motifasi kepada masyarakat. Karena dalam setiap lakonya, tersirat
makna dan keteladanan yang bisa dipetik. Seperti dalam eksistensinya seorang
pemimpin dalam mengayomi rakyatnya, begitu pula sebaliknya.
Seorang
jaksa diharapkan dapat menjalankan tugasnya dengan tulus dan bertanggung jawab,
selalu menjaga integritas dalam menangani sebuah perkara. Selain itu, seorang
Jaksa juga mampu menjalankan tugasnya dengan profesional, disiplin, mandiri,
jujur, adil sehingga korps Adhiyaksa bisa mendapatkan tempat dihati masyarakat.
Olehnya melalui pagelaran ini, dapat menjadi media komunikasi dan silaturahim
antar warga masyarakat di bumi Tadulako.
Hadir pula dalam
pagelaran tersebut Kapolda Sulteng Brigjen Pol Ermy Widyanto, Kapolresta Palu,
AKBP Mujiyanto, kepala Kejajksaan Negeri, Subeno, kerukunan keluarga Jawa
Sulteng (KKJST) serta tamu undangan lainya. Dengan lakon atau kisah berjudul
Dewa Ruci, oleh ki dalang Mustiko Bayu Wibowo.**

Berita terkait