‘Sang Matahari Khatulistiwa’

  • Whatsapp
banner 728x90

 

GUBERNUR Sulteng Longki Djanggola berpesan, seorang pemimpin harus dapat menjaga dirinya dari berbagai macam godaan yang menghampirinya. Hal itu dapat dihindari dengan cara senantiasa memperbaiki diri. Ditambahkan, pemimpin harus memiliki setidaknya empat aspek kematangan dalam dirinya.

Kematangan intelektual, politik, emosional dan spiritual. Hal itu disampaikannya pada peluncuran buku ‘Matahari Khatulistiwa’. Rekaman Kehidupan, Karir dan Gagasan Birokrat zaman baru biografi Hidayat Lamakarate (HL) pada Senin petang (30/7/2018) di Palu Gran Mal lalu.

“Saya bangga hari ini dengan Hidayat Lamakarate pada peluncuran buku Matahari Khatulistiwa. Dengan ini anda siap dilihat (dikritik) dari dari ujung kepala sampai ujung kaki, Jaga diri dan anda harus punya empat kematangan intelek, politik, emosional, dan spiritual. Teruslah berbuat terbaik bagi daerah, negara. Saya pesan jaga nama baik keluargamu. Karena keluargamu cukup dikenal di Sulawesi Tengah,” tutur Longki.

Selain itu gubernur menambahkan, ia memberikan wejangan kepada Hidayat Lamakarate maupun kepada semua yang hadir, bahwa pemimpin juga harus matang secara biologis. Karena sudah banyak contoh seorang pemimpin yang tidak dapat mengelola dorongan biologis tersandung masalah hukum. Betapa banyak koruptor yang akibat hasrat biologis ditangkap dan kemudian divonis bersalah tetapi tidak dijadikan pelajaran bagi pemimpin lainnya.

Launching buku dimoderatori Nur Sangaji, DEA berlangsung sangat akrab. Beberapa tokoh muda Sulteng hadir di sana. Mantan bupati Morowali Anwar Hafid, Bupati Sigi Irwan Lapata. Ada pula mantan Wali Kota Rusdi Mastura, tokoh pengusaha Karman Karim. Serta terlihat pula perwakilan tokoh perempuan, tokoh pendidikan dan aktivis lingkungan.

Prof. Jayadi Nurdin selaku wakil rektor Universitas Tadulako disela-sela bedah buku mengatakan, bahwa ia sangat mengenal pribadi HL. Ia dibesarkan dalam lingkungan yang sangat menghormati orang yang lebih tua. Adat mencium tangan kepada yang lebih tua masih ia pegang teguh.

‘’Saya melihat apa yang dilakukannya memberi inspirasi, saya sudah berusia 68 tahun, saya tahu Palu ini. Mudah-mudahan putra Kaili yang sudah ditempa oleh keluarga yang baik dapat menjadikan Sulawesi Tengah lebih maju. Ungkapan kita kaya tapi belum berdaya, semoga menjadi sebuah kesadaran untuk lebih baik, dan selalu melaksanakan tugas dengan ikhlas,” ungkap pria kelahiran Bone itu.

Jika Solo punya Jokowi yang sekarang jadi presiden Republik Indonesia. Bandung punya Ridwan Kamil arsitek tata kota yang beberapa waktu memenangi pemilihan gubernur. Tri Rismaharini yang gagah berani dimiliki Surabaya. Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan punya Nurdin Abdullah. Maka yakin ke depan Sulteng punya seorang Mohammad Hidayat Lamakarate.

Hal ini diungkapkan Rahmad M. Arsyad selaku penulis biografi Hidayat Lamakarate. Keyakinan tersebut cukup beralasan. Karena Hidayat yang ia kenal dekat sejak merintis karir dahulu memiliki dedikasi tinggi, pengayom dan pamong di tengah masyarakat.

“Solo punya Jokowi, Bandung punya Ridwan Kamil, Surabaya punya Risma, Bantaeng punya Nurdin Abdullah. Menurut saya Sulawesi Tengah ke depan punya seorang Hidayat Lamakarate. Karir cepat seimbang dengan karyanya selama ini. Misalnya ketika kolaborasi dengan pemuda tanpa anggaran pemerintah menggerakan Green&Clean yang berbuah piala Adipura untuk Kota Palu. Juga ketika rakyat Kabupaten Banggai Laut yang sangat mencintainya, ketika menjadi penjabat bupati Hidayat membangun infrastruktur dengan begitu cepat,” papar Rahmad.

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Irwan Lahace mengapresiasi terbitnya Matahari Khatulistiwa. Menurutnya buku adalah jendela dunia. Buku yang menceritakan tokoh daerah perlu diapresiasi. Menurutnya, jangan sampai kita mengenal banyak tokoh dari berbagai belahan dunia, tetapi abai akan sejarah, serta tokoh yang ada di daerah kita sendiri.

Berbeda pandangan dengan yang lain. Karman Karim berujar, bahwa Hidayat merupakan sosok yang inspiratif dan selalu punya solusi dari setiap detail permasalahan yang ada.

“Kalau ada masalah, Hidayat muncul maka akan selesai dengan cepat,” ungkap pengusaha senior di Sulawesi Tengah itu. Hidayat Lamakarate sendiri tidak menyangka akan menulis mengenai perjalanan hidupnya dari awal pengabdian sebagai aparatur sipil negara, hingga saat sekarang menduduki jabatan strategis sebagai sekretaris daerah provinsi Sulawesi Tengah.

Ia sempat berkonsultasi dengan beberapa pihak sebelum buku tersebut terbit, dukungan dari berbagai pihak memantapkan niatnya berbagi cerita serta pengalaman dalam Matahari Khatulistiwa. Menurutnya jika sejarah para pendahulu dijaga dengan budaya tutur, yang terkadang punya versi yang berbeda-beda. Maka sebagai manusia yang peradabannya terus berkembang perlu dijaga dengan budaya menulis.

Sang Matahari Khatulistiwa (Hidayat Lamakarate) menginginkan generasi berikutnya khususnya generasi Sulawesi Tengah mengenal dan menerima pemimpinnya dalam hal yang layak dijadikan teladan. Ia pun menegaskan bahwa jabatan yang dipikulnya saat ini adalah amanah yang diberikan Allah SWT kepadanya. 

Saya tidak pernah terpikir untuk menulis. Allah tahu apa yang kita perbuat. Kebaikan kita bagikan, biar orang lain berpandangan beragam. Untuk menjadi catatan generasi berikutnya. Orangtua dulu punya budaya tutur dari mulut ke mulut. Dan terdapat banyak bias dan itu tidak dapat disalahkan. Itu perjalanan hidup saya, dari staf sampai dengan saat ini. Dan jabatan bagi saya adalah amanah”, ujarnya.**

Sumber: humas pemprov 

Berita terkait