Pembangunan Gereja di IMIP, Dimulakan

  • Whatsapp
banner 728x90

Reporter/morowali: Bambang sumantri
PEMBANGUNAN Gereja kawasan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP),
resmi dimulakan. Ditandai peletakan batu pertama oleh Penjabat (Pj) Bupati
Morowali, Dr Ir Bartholomeus Tandigala, bersama dengan manajemen IMIP, diwakili
oleh Slamet Victor Panggabean, serta beberapa tokoh agama, dan tokoh
masyarakat. Peresmian dimulainya pembangunan di Desa Labota, Minggu (23/9/2018)
lalu.
Pj Bupati, Bartholomeus Tandigala, mengatakan pembangunan rumah
ibadah umat Kristen yang dilakukan IMIP, merupakan langkah yang sangat baik dan
patut mendapat apresiasi dari semua kalangan masyarakat. Tentunya, tindakan itu
menunjukkan bahwa di Morowali khususnya, toleransi antar umat beragama cukup
tinggi. 
“Itulah Pancasila kita, olehnya itu, jika karyawan yang
lainnya ada juga yang beragama Hindu atau Budha, agar kiranya IMIP bisa
memberikan fasilitas yang sama yakni rumah ibadah, apalagi kita semua ketahui
bersama, bahwa rumah ibadah ini disiapkan untuk beribadah dan berkumpul untuk
membicarakan soal kebaikan,” jelasnya.
Baginya, membangun rumah ibadah, agama apapun itu, tidak perlu
perizinan-perizinan, yang pada akhirnya menyulitkan masyarakat. Apalagi, kata
Bartholomeus Tandigala, ketika orang membangun tempat maksiat pada umumnya,
tidak ada hambatan, semua dimuluskan.
“Secara pribadi, saya tidak sepakat dengan surat edaran dari
menteri, yang izinnya itu sangat berbelit-belit, tidak perlu pakai persyaratan
yang membuat sulit untuk membangun satu rumah ibadah, satu contoh, teman-teman
muslim kita yang ada di Papua. Ke depan, kita berharap orang akan lebih mudah
mendirikan rumah ibadah, kontribusi IMIP ini dalam membantu pemerintah
membangun dalam konteks keagamaan, patut diapresiasi,” ungkapnya.
Mewakili manajemen IMIP, Kepala Departemen Eksternal PT IMIP Site
Morowali, Slamet Victor Panggabean, mengatakan bahwa kontibusi yang dilakukan
IMIP hari ini, merupakan satu bentuk kepedulian yang nyata kepada masyarakat,
khususnya bagi mereka yang beragama Kristen. Apalagi, ditahun-tahun kemarin,
ketika masyarakat khususnya karyawan yang bekerja di kawasan industri IMIP, mau
merayakan hari besar keagamaan, mereka harus keluar daerah.
“Sangat disayangkan jika mereka harus jauh-jauh keluar daerah
lagi, olehnya itu, kita siapkan tempat ini yang bisa menampung umat ketika
mereka menggelar hari besar keagamaan,” jelasnya.
Slamet menguraikan bahwa, bukan tanpa alasan ketika pihaknya
membangun gereja berdekatan dengan masjid. Hal itu dilakukan untuk memberikan
edukasi kepada masyarakat bahwa di Morowali, toleransi antar umat beragama
sangat dihormati. “Oleh karena itu, kami berharap pembangunan gereja ini
dapat membangun keharmonisan antar umat beragama, bagaimana membangun kedamaian
antar umat beragama,” katanya.
Sementara, perwakilan Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB)
Kabupaten Morowali, Abdul Manan, meyakini bahwa pembangunan rumah ibadah
merupakan langkah baik yang dilakukan oleh IMIP dalam membangun kesadaran
spiritual kepada karyawan. “Kita yakini bahwa IMIP sudah membangun
jasmaniah, dengan memberikan lapangan pekerjaan kepada masyarakat. Nah, apa
yang dilakukan hari ini, adalah pembangunan religius,” katanya.
Selain itu, kata Manan, inisiatif dari IMIP dengan membangun
gereja berhadapan dengan masjid, harus diapresiasi. Sebab baginya, agama apapun
yang ada di Indonesia ini, harus bergandengan tangan. “Inisiatif dari IMIP
ini patut diapresiasi karena isu SARA itu sangat efektif digunakan oleh
orang-orang yang tidak inginkan kedamaian di Indonesia khususnya di Morowali
ini,” tandasnya. 
Seperti diketahui, sebelumnya setiap Minggu umat Kristen yang
berada di kawasan industri IMIP, menjadikan gedung serbaguna yang terletak di
kantor IMIP, sebagai rumah ibadah. Nantinya, setelah pembangunan gereja kawasan
IMIP telah rampung, maka umat Kristen akan memiliki dua rumah ibadah untuk
digunakan.**

Berita terkait