Tipikor: Irigasi Lijo Rp3,2 M Diduga Tak Bermanfaat

  • Whatsapp
banner 728x90

Tipikor Polda Sulteng Melakukan peninjauan Proyek  Irigasi di desa Lijo Kec. Mamosalato, Morut (19/09)
Reporter:
Pariaman Tambunan

TIM
Tindak pidana
korupsi (Tipikor) Polda Sulteng dipimpin Ditreskrimsus AKBP Teddy Salawati menduga
bahwa proyek pembangunan irigasi Rp3,2 miliar di Desa Lijo Kecamatan Mamosalato
TA 2017 tidak bermanfaat. Hal itu dikatakannya usai melihat langsung lokasi (19/09/2018).

Menurut Teddy, proyek irigasi ini diduga
tidak bermanfaat bagi masyarakat, karena dampak proyek pembangunan irigasi itu
malah menyengsarakan masyarakat serta menghambat perekonomian warga. Anggaran Rp3,2
miliar untuk membangun irigasi tujuannya demi untuk mensejahterakan warga
khususnya petani sawah Desa Lijo. Tetapi malah menjadi penghalang bagi warga
untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari, ujar Teddy.

‘’Untuk itu ini harus kami tindaklanjuti
dengan cepat, akan kami usut sampai tuntas siapa-siapa yang berperan di balik
proyek pembangunan irigasi yang tidak bermanfaat ini. Sebab ada dugaan
memperkaya diri sendiri dan merugikan uang Negara,’’ terang Teddy di TKP.

Tujuan utama timnya turun langsung
ke lapangan untuk memastikan pemeriksaan awal pekerjaan proyek pembangunan
irigasi tersebut. Selanjutnya akan diturunkan secepatnya tim ahli untuk
menghitung kerugian Negara. Karena di balik proyek pembangunan irigasi ini ada
dugaan korupsi, ujar Teddy.

Tipikor Polda Sulteng Melakukan peninjauan  Proyek Irigasi di desa Lijo Kec. Mamosalato, Morut (19/09)

Salah satu warga Desa Lijo, Pakata menyampikan
sebelum irigasi ini dibangun masyarakat yang mempunyai lahan sawah sebanyak 50
ha. Selama ini di aliri air dari pegunungan. Warga masih dapat panen padi dua kali
dalam setahun. Namun, setelah terbangunnya irigasi tersebut masyarakat jadi
sengsara yang mempunyai lahan sawah hanya mengharapkan air hujan. ‘’Sekali
dalam setahun pun belum tentu bisa panen padi,’’ ujar Pakata kesal sambil
meneteskan air mata.

Dua minggu yang lalu, Bupati
Aptripel datang melihat irigasi  tersebut. ‘’Kami sempat senang dengan
kedatangannya Aptripel dengan harapan irigasi ini akan diperbaiki, akan tetapi
hanya melihat irigasi yang dibangunnya ini saja untuk sengsarakan masyarakat Lijo
dan lewat begitu saja, seakan-akan tidak merasakan beban kami alami,’’ gerutu Pakata.

Seharusnya Pemerintah Morut berusaha
mensejahterakan masyarakatnya, ini bahkan sebaliknya mensengsarakan
masyarakatnya. ‘’Hari ini kami warga di sini sudah sangat senang atas
kedatangan Tipikor Polda Sulteng untuk melihat dan memeriksa irigasi yang tidak
mempunyai azas dan manfaat ini. Artinya sudah mulai ada titik terang mengungkap
ada apa dibalik pembangunan proyek irigasi ini. Kalau menurut saya sebagai
perwakilan masyarakat Lijo khususnya petani persawahan lebih baik irigasi ini
dirobohkan supaya para petani sawah yang mengharapkan air dari sini untuk
mengairi persawahan bisa kembali bercocok tanam, serta bisa kembali panen dua
kali dalam setahun,’’ usul Pakata.

Anehnya proyek irigasi ini kami
lihat, seharusnya air mengalir melewati irigasi dan apabila para petani sawah
membutuhkan air ada cadangan air di irigasi tersebut, ‘’Apabila pada musim kering
begini klep irigasi bisa dibuka airnya mengalir dan bisa dipergunakan para
petani ke sawahnya, lucunya, sekarang air mengalir dari samping irigasi ada-ada
saja proyek ini aneh,’’ kata Pakata heran.**

Berita terkait