Kunjungi Palu, Menag Salurkan Bantuan Rp14 M dari ASN Kemenag

  • Whatsapp
banner 728x90
MENTERI Agama Lukman Hakim Saifuddin menyalurkan bantuan untuk korban bencana di Kota Palu, Sigi dan Donggala senilai Rp 14 miliar, Senin (19/11/2018).

Reporter: Ikhsan
Madjido

MENTERI
Agama Lukman Hakim Saifuddin menyalurkan bantuan untuk korban bencana di Kota
Palu, Sigi dan Donggala senilai Rp 14 miliar, Senin (19/11/2018). Bantuan
tersebut berhasil terhimpun dari donasi pegawai Kementerian Agama melalui
program tali asih.

Menag
berharap ASN Kemenag Sulawesi Tengah berada di posisi terdepan dalam proses
pemberian bimbingan spiritual pasca bencana (trauma healing) bagi para
penyintas. Terlebih, selama ini ada anggapan bahwa pegawai Kemenag adalah orang
yang memahami ajaran agama. Posisi terdepan artinya pula tetap setia melayani
meski dalam kondisi darurat dan serba terbatas.

“Seluruh
keluarga besar Kemenag merasakan kesedihan mendalam atas gempa di Palu. Mereka
bahu membahu membantu karena merasa sebagai sesama saudara. Karena itu,
kepedulian ini penting untuk dijadikan momentum pembangkit semangat melayani
umat,” ujar Menag.

Ini
adalah kunjungan perdana Menag ke Palu pasca bencana yang terjadi pada 28
September 2018 lalu. Menag mengaku sengaja membatasi kunjungan langsung pada
masa tanggap darurat karena khawatir merepotkan para ASN setempat yang juga
menjadi korban terdampak.

Kunjungan
kerja Menag ke Palu kali ini juga dalam rangka memastikan bahwa aksi Kemenag
dalam penanggulangan dampak gempa, tsunami, dan likuefaksi telah berjalan baik,
tepat sasaran, dan sesuai kebutuhan korban di lapangan.

“Saya
ingin tahu perkembangan penanggulangan tersebut karena sebagian besar bantuan
tanggap darurat itu adalah sumbangan ASN Kemenag. Penyaluran dan penggunaannya
harus dipertanggung-jawabkan,” jelasnya.

Dana
sebesar itu akan disalurkan secara bertahap melalui berbagai skema, antara lain
melalui tali asih atau santunan duka kepada ASN dan keluarga, siswa dan siswi,
mahasiswa dalam lingkup Kementerian Agama.

Santunan
juga diberikan kepada siswa dan mahasiswa yang mengalami luka berat,
perlengkapan sekolah, bantuan sarana dan prasarana belajar, bangunan Kantor
Urusan Agama (KUA) sebanyak empat unit.

Menag
mengungkapkan, setelah komunikasi mulai pulih pasca bencana Palu dan Donggala,
pihaknya segera membentuk Tim Satgas Penanggulangan Dampak Bencana. Satgas ini
bertugas melakukan pemetaan hingga mengkoordinasikan penanganan pemulihan pasca
bencana terutama pada pemangku kepentingan Kemenag.

Selain
berkoordinasi dengan instansi lain, satgas juga berhubungan dengan pihak luar
negeri yang memberikan bantuan. Namun, tim hanya berfokus pada sasaran yang ada
di bawah tanggung jawab Kemenag.

Tim
Satgas ini dipimpin Oman Fathurahman, Staf Ahli Menteri Agama dan guru besar
UIN Jakarta yang pernah belajar khusus soal mitigasi bencana di Jepang. Adapun
anggotanya terdiri dari pejabat di beberapa unit eselon I dan II Kemenag,
terutama yang berkaitan dengan pendidikan dan pembinaan masyarakat.

“Alhamdulillah,
tim bekerja sesuai rencana berdasarkan tupoksi Kemenag. Bantuan tersalurkan
sesuai target, langkah-langkah darurat juga dilakukan dengan baik,” kata Menag
usai berkeliling meninjau kelas-kelas darurat.

Meski
demikian, kata Menag, masih banyak hal yang perlu dilakukan dalam proses
pemulihan. Karenanya, Menag meminta jajarannya untuk mengalokasikan program
prioritas pada 2019 untuk Palu, terutama untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur
di IAIN Palu, madrasah, kantor KUA, rumah ibadah, dan gedung Kantor Kemenag.

Ia
menjelaskan, sasaran aksi Kemenag dalam penanggulangan dampak bencana di
Sulawesi Tengah ini terdiri dari 4 kategori, yakni: a) lembaga pendidikan
agama, b) kantor pelayanan Kemenag, termasuk KUA, c) rumah ibadah, dan d) SDM
Kemenag yang mencakup karyawan, dosen, mahasiswa IAIN Palu serta siswa
madrasah.

Menag
mengapresiasi Satgas yang telah melakukan tugasnya dengan baik sesuai
perencanaan yang matang dan sinergitas antar-unit. Sebelum Satgas terbentuk,
aksi tanggap darurat telah dilakukan dengan cepat di bawah koordinasi Kepala
Biro Umum Kemenag Syafrizal Syarif.

“Bencana
telah memberikan pelajaran penting bagi kita untuk belajar menghadapi dinamika
dan proses alam. Semoga seluruh jajaran Kemenag dan masyarakat Sulteng tetap
sabar dan mampu menjalani kehidupan lebih baik,” pesannya.

Ketua
Tim Satgas Penanggulangan Dampak Bencana Kemenag Oman Fathurahman mengatakan,
gempa Palu, Sigi, dan Donggala menimbulkan banyak korban dan kerusakan
infrastruktur. Dari 2.113 korban wafat yang tercatat, 16 di antaranya merupakan
keluarga Kementerian Agama. Selain itu, 223.751 orang terpaksa mengungsi.
Sedangkan kerusakan infrastruktur meliputi 2.736 sekolah dan hampir 1.000 unit
bangunan fasilitas ibadah.

“Sekitar
26 ribu siswa madrasah terdampak gempa ini akibat 186 madrasah yang rusak.
Santri di 576 pesantren yang rusak juga terkena dampak,” kata Oman
Fathurahman.
Kerusakan
parah juga terjadi di IAIN Palu. Aktivitas akademik lumpuh total pasca bencana
karena praktis hanya 20 persen bangunan fisik yang bisa dimanfaatkan. Sisanya,
rusak parah dan tergenang lumpur. Padahal, terdapat 7.041 mahasiswa yang kuliah
di kampus tersebut.

Agar
proses belajar mengajar tetap berjalan, Satgas berkordinasi dengan Rektor IAIN
Palu, Sagaf S. Pettalongi, mengawali aksi dengan membersihkan area kampus
seluas 7 hektare. Kemudian, memberikan bantuan dana awal sebesar Rp 500 juta,
mendirikan 25 unit tenda darurat, dan membuat 25 ruang kelas sementara.
Hasilnya, perkuliahan dapat berjalan mulai 1 November 2018 dengan mekanisme
semester pendek. Sebagian mahasiswa juga diikutkan dalam program kuliah di UIN
Makassar, IAIN Pare-Pare, dan IAIN Gorontalo.

Proses
belajar di lingkungan madrasah juga berjalan kembali seiring pembangunan 26
ruang kelas sementara dan pendirian 116 tenda darurat. Selain itu, para siswa
diberikan trauma healing. Dalam proses ini, Satgas menggandeng Keluarga Peduli
Pendidikan (Kerlip) yang sigap membangun kelas darurat dengan memanfaatkan
bahan alam yang ada.

Guna
memastikan kantor Kemenag tetap beroperasi, Oman berkordinasi dg Kepala Kanwil
Kemenag Sulteng, Rusman Langke, untuk menyediakan fasilitas pelayanan publik
yang dilakukan di tenda darurat, menumpang madrasah, dan meminjam rumah
penduduk. “Ini langkah sementara. Kami berupaya segera memulihkan kantor agar
publik dapat terlayani lebih baik,” katanya.

Menurut
Oman, timnya juga sedang berupaya memulihkan kembali rumah ibadah yang rusak.
Tercatat sedikitnya 911 bangunan tempat ibadah yang terdampak gempa. Rinciannya
terdiri dari 192 unit masjid, 12 mushalla, 664 gereja, dan 43 pura.

“Semua
kebutuhan tempat ibadah kita perhatikan. Bagi umat Kristen, misalnya, Kemenag
telah memberikan 10 tenda darurat yang berfungsi sebagai gereja
sementara,” terang Oman.**

Berita terkait