Relasi Demokrasi Palu Sosialisasi Pemilu di Posyandu

  • Whatsapp
banner 728x90
Sumber: antaranews.com

SEJUMLAH Relasi demokrasi mitra Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Kota Palu, Sulawesi Tengah turun lapangan mensosialisasikan Pemilu
serentak Presiden, DPR, DPRD dan DPD di Posyandu guna menjangkau pemilih
perempuan.


Nurmi (40), salah seorang ketua tim relasi demokrasi di Palu, Selasa (5/3/2019)
mengatakan selain melakukan sosialisasi lewat Posyandu, juga di sejumlah titik
penampungan pengungsi baik yang masih ada di tenda-tenda darurat bantuan dari
berbagai lembaga kemanusiaan, BUMN dan pemerintah, juga di huntara dan daerah
pinggiran.

Menurut dia, sosialisasi di posyandu merupakan salah satu titik sasaran yang
perlu mendapatkan perhatian mengingat di posyandu banyak ibu-ibu yang datang
untuk membawa bayi atau anak mereka guna mendapatkan pelayanan kesehatan dan
gizi makanan/minuman.

Kegiatan di posyandu, kata dia, merupakan salah satu program yang dilakukan tim
relasi demokrasi untuk meningkatkan partisipasi kaum perempuan pada pesta
demokrasi yang diselenggarakan setiap lima tahun sekali itu.

“Banyak ibu-ibu yang datang dan sebelum mereka mendapat layanan kesehatan
dari petugas kesehatan setempat, mereka juga mendapat edukasi dan pencerahan
mengenai Pemilu serenta yang akan digelar pada 17 April 2019.

Materi-materi sosialisasi terdiri atas pengenalan kertas suara,kotak suara,
bilik suara dan cara memilih yang benar sesuai dengan peraturan KPU.

“Kami menjelaskan dan langsung mempraktikan bagaimana caranya membuka
kertas suara, memilih para calon Presiden/Wakil Presiden, anggota DPR, DPRD
Provinsi, kabupaten dan kota serta DPD,” kata dia.

Apalagi, pada Pemilu 2019 secara serentak tersebut ada lima kertas suara yang
akan di coblos atau dicentang yakni pasangan calon Presiden/Wakil Presiden,
anggota DPR, anggota DPRD Provinsi, anggota DPRD Kabupaten/Kota dan anggota
DPD.

“Ya cukup rumit sehingga perlu sosialisasi sehingga saat hari
“H” nanti mereka tidak bingung dan dapat menyalurkan aspirasi dari
hati nurani sendiri,” ujar Nurmi yang sehari-hari adalah seorang ibu rumah
tangga.

Ia mengaku menjadi relasi demokrasi bukan baru pertama kali ini, tetapi sudah
sejak? 2.009.

Menjadi seorang relasi demokrasi harus bisa membagi waktu dengan baik, sebab
bagaimanapun tanggungjawab utama adalah mengurus keluarga. “Tapi selama
ini tugas yang ia kerjakan berkaitan dengan pemilu sama sekali tidak
mengabaikan kewajiban sebagai seorang ibu rumah tangga yang harus mengurus
suami dan istri.

Menjawab pertanyaan, Nurmi mengatakan awal dari kegiatan sosialisasi memang
cukup berat, sebab harus menghadapi berbagai kemungkinan hal-hal yang tidak
enak, apalagi ketika awal pascagempabumi, tsunami dan likuefaksi, rata-rata
masyarakat masih traumatik dan butuh makan dan minum.

“Kalau tidak hati-hati dan bijaksana bisa-bisa justru dijauhi warga,”
katanya.

Memang awalnya sulit untuk melakukan sosialisasi, tetapi secara perlahan-lahan
dan pendekatan yang baik, akhirnya masyarakat menerima dan justru berterima
kasih kepada tim relasi yang telah mengunjungi dan memberikan pencerahan dan
edukasi mengenai Pemilu serentak 2019 ini.**

Berita terkait