MENGAPA Harus PRABOWO?

  • Whatsapp
banner 728x90
Oleh: andono wibisono (wartawan politik Sulteng) 

PILPRES 2019 kali ini akan menjadi sejarah
besar bagi perubahan bangsa Indonesia apabila Indonesia melahirkan pemimpin
baru.
Ada beberapa catatan saya selama
kurun waktu dari Maret hingga awal April 2019 seperti berikut:
1. Sejumlah pihak ramai ramai
menyepakati secara faktual elektabilitas Jokowi mulai melorot. Baik survei
Kompas, kegamangan Sofyan Wanandi dan sejumlah riset Pilpres lainnya. 
2. Ditangkapnya kolega Jokowi satu
koalisi misalnya Romi – eks Ketum PPP dan satu lagi eks Ketua DPP Golkar, BS.
Semuanya OTT KPK. Operasi ini pasti membuat Milenial yang aktif menari jarinya
di layar saku pasti menggeleng dengan kejadian itu. Ujungnya makin meredupkan
pamor Jokowi yang sederhana, bersih dan tidak neko neko. Karena bersih juga
harus menyertakan lingkungannya.
3) Perlawanan dari dalam juga masih
diramaikan dengan aksi melompat Erwin Aksa dengan 1000 gerbong pengusahanya ke
kapal sebelah. Erwin simbol JK. Fatimah adik JK pun bagian dari simbol JK. Ini
jelas sikap Ambigu JK di kubu Jokowi. Walaupun kemarin JK dan Ibu ikut naik
becak temani Jokowi & Ibu Iriana d lapangan Karebosi Makassar Sulawesi
Selatan. 
4) Telegram Kapolri 18 Maret 2019
meminta jajarannya utk Netral. Ini jelas alarm keras agar semua kembali ke
‘tengah’. Mengapa telegram itu muncul tidak jauh jauh hari? Mengapa justru
sebulan jelang coblosan? Bukankah Polisi aparatnya sampai di Babinkamtibmas di
desa dan kelurahan? Jangan jangan, Polri sudah mulai menemukan fakta fakta di
lapangan begitu masif dukungan ke Prabowo? Wallahu bi sahwab. 
5) Melorotnya harga sawit di pasar
dunia berdampak kuat pada dukungan ke Jokowi. Ada 7,5 juta petani bersentuhan
langsung dengan perkebunan sawit. Dan sekitar 12 juta orang yang tidak langsung
berada pada sistem bisnis kelapa sawit mulai dari hilir hingga hulu. Pantas
saja Luhut BP beberapa pekan lalu mencak mencak dengan pasar sawit di Perancis.
Dalam sejarah harga buah sawit, kali ini harga yang paling jelek. Pasti petani
akan menolak Jokowi bila ditanya memilihnya lagi. 
6) Tarif penerbangan komersil pun
LBP paling super sibuk mengatur bagaimana tiket pesawat kembali normal harganya
dan menggairahkan perekonomian dunia wisata, transportasi dan lainnya. Efek
meroketnya harga tiket makin jelas mengganggu sendi-sendi ekonomi kreatif,
dunia wisata lokal dan asing serta dampak bawaan lainnya. Akhirnya Maskapai
Lion pun sejak kemarin menurunkan tarifnya. Tapi bagi sebagian kalangan masih
mengeluhkan bagasi berbayar. Terus terang arus pedagang kelontong yang
mengambil barang dari Jakarta, Surabaya untuk dijual di luar P Jawa sangat
terpukul. Banyak akhirnya menghentikan bisnis jual beli bahan kelontong dan
barang RT lainnya. Ekonomi menengah dan kecil mengerut  dan mandek. Semua
pasti menyalahkan Jokowi. Ini yang mengerus elektabilitasnya. 
Yang saya uraikan hanya secuil dari
banyaknya problem dan fakta hingga pamor Jokowi diramalkan akan bernasib sama
dengan Ahok. Populer tapi hanya satu periode. Publik menilai Jokowi satu periode
ini gagal mengatrol pertumbuhan ekonomi yang dijanjikan 7 persen. 5 persen
pertumbuhan ekonomi Indonesia sejatinya adalah pertumbuhan normal. Tanpa Jokowi
pun tumbuh 5 persen itu karena rakyat bekerja mencari nafkah, berdagang dan
membuka usaha sendiri. Ojek bekerja apa adanya, penjual di pasar tradisional
juga berjualan seperti biasa. 
H-16 lagi bayangan saya sangat sulit
Jokowi akan pulih dan kembali segar menantang lawannya Prabowo di ring
kampanye. Jokowi harus punya ide ide agung dan cemerlang utk kembali merebut
hati rakyat Indonesia di 2014 lalu. Mampukah Jokowi bangkit? Bila tidak pasti
Prabowo akan menjadi pemenangnya. Prabowo sangat diuntungkan alam, situasi dan
yang lebih besar lagi adalah tawaran tawaran program Prabowo – Sandi adalah jawaban
yang dinanti dan akan ditagih kelak keduanya terpilih.**

Berita terkait