Kurang Suplai Pangan, Pengaruhi Harga

  • Whatsapp
banner 728x90
Reporter: Yohanes Clemens

BAHAN Pangan dan Holtikultura di pasaran, seperti sayur, bawang merah, bawang
putih, rica, beras, dan buah-buahan yang lain nampak berkurang. Hal ini
tentunya berdampak pula pada harga jual pasaran yang naik.
Kurangnya suplai bahan pangan tersebut diakibatkan masyarakat yang bertani
sudah mulai kurang. Tentunya hal ini disebabkan, berkurangnya air dibeberapa
daerah pasca gempa bumi yang mengguncang Sulawesi Tengah 28, September 2019 yang
lalu.
“Kalau
menurut saya ini ada kaitannya dengan gempa kemarin, sebab kalau kita melihat
suplai yang ada di Kota Palu, itu dari daerah-daerah Palu sendiri,” ujar
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Tadulako (Untad), Dr Ir Muhardi M St saat
ditemui diruang kerjanya, Rabu (15/5/2019.
Sementara
itu, lanjut Dr Muhardi, daerah-daerah Palu ini banyak yang stop suplai karena
ketiadaan pangan, prasarana yang rusak, seperti contoh irigasi Gumbasa yang
mengairi 8 ribuan hektar itu sama sekali tidak bisa difungsikan.
“Kita
lihat saja irigasi Gumbasa saat ini tidak difungsikan, terkecuali ada beberapa
petani yang secara mandiri menyediakan air tanah, misalnya melalui pompa.
Itukan hanya berapa saja di satu desa, karena saya sempat survey sampai ke Biromaru
dan itu sangat minim. Makanya, ada beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
untuk masuk membantu terutama dalam memompa air tersebut. Dan saya juga belum
tahu apakah saat ini airnya sudah jalan atau seperti apa,” jelasnya.
Olehnya,
kata Dr Muhardi, ini juga akan mempengaruhi dampak terhadap harga pasar,
misalkan kebutuhan masyarakat akan sayur buah-buahan dan lain-lain berkurang
dan harga jual pasaran pun ikut meningkat.
Sehingga,
Universitas Tadulako melalui Fakultas Pertanian, melakukan kerjasama dengan
dewan Dakwah untuk membuat perencanaan percontohan pemanfaatan air tanah. Jadi
dewan Dakwah yang menyediakan dana untuk membantu petani, dan untuk daerah
sasaran yakni di daerah Sigi.
“Namun
kita juga belum tahu desa-desa mana yang akan sebagai tempat percontohan. Dan
fakultas pertanian sendiri menyediakan tenaga ahli untuk survey wilayah-wilayah
tersebut, bagaimana metode yang kira-kira minimum modal tapi maksimal dalam
penyedian air di lahan petani,” pungkasnya.**

Berita terkait