FAO Komit Kawal Bencana Pasigala

  • Whatsapp
banner 728x90
Kepala Perwakilan FAO Indonesia, Stephen Rudgard memberikan secara simbolis bantuan korban bencana gempa Pasigala (2/7/2019)

Reporter:
Ikhsan Madjido

BADAN Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
atau Food and Agriculture Organization (FAO) berkomitmen untuk membantu korban
gempa bumi, tsunami dan likuifaksi di wilayah Pasigala Provinsi Sulawesi
Tengah.

Kepala Perwakilan FAO Indonesia, Stephen Rudgard
menegaskan bahwa maksimal sampai bulan Oktober 2019, FAO akan menyalurkan dan
mengawal bantuan pertanian dan perikanan kepada petani di Pasigala.

“Kami ingin lebih lama di Sulteng. Dan kami sudah
mempersiapkan dan menunggu implementasi proposal dari para donatur,” kata
Stephen Rudgard saat distribusi bantuan yang diadakan di Sigi, Selasa
(2/7/2019).

Ia memastikan penerima bantuan di daerah yang
terdampak bencana dapat hidup kembali normal.

“Adalah bagian dari mandat kami untuk memulihkan
produksi pangan dan membangun kembali mata pencaharian petani dan nelayan di
Palu, Sigi dan Donggala,” jelasnya.

Tidak tanggung-tanggung, nilai
bantuan yang diberikan dalam acara pendistribusian kepada keluarga petani dan
nelayan korban bencana Pasigala di Kabupaten Sigi mencapai USD 1 juta Dollar
atau sekitar Rp14 miliar.

Ia menerangkan bantuan di sektor
pertanian yang disalurkan berupa 430 ton pupuk, tujuh ton lebih benih jagung,
tomat dan cabai rawit dan lebih 500 ribu meter mulsa plastik yang diberikan
kepada 8.000 petani di Pasigala.

Sementara di sektor kelautan dan perikanan
lanjutnya, bulan ini FAO akan memberikan peralatan memancing termasuk jaring
dan kotak pendingin kepada sekitar 3.000 keluarga nelayan.


“Program FAO untuk
memulihkan ketahanan pangan di Palu, Sigi dan Donggala yang bernilai USD 1 juta
Dollar adalah bagian dari program yang oleh dana tanggap darurat PBB (CERF)
untuk membantu pemerintah,”ujarnya.

Ia berharap bantuan yang diberikan dapat
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para penerima bantuan sehingga
berdampak terhadap pemulihan perekonomian para petani dan nelayan dan tidak
diperjual belikan.

“Program FAO dirancang untuk memulihkan
produksi pangan dan meningkatkan mata pencaharian rumah tangga dan masyarakat
rentan yang bergantung pada sektor pertanian dan perikanan kelautan. Seleksi
rumah tangga diselesaikan melalui kerja sama yang erat dengan pemerintah daerah
dan pemerintah desa,” katanya.


Bulan Juni lalu, kata Stephen,
FAO juga telah mendistribusikan bantuan tunai kepada sekitar 4000 rumah tangga
di 175 desa di 22 kecamatan pada ibu dari keluarga petani dan nelayan yang
sedang hamil, menyusui dan yang mempunyai anak di bawah 5 tahun.

Keluarga petani dan nelayan korban
bencana sangat bersyukur dapat menerima bantuan yang diberikan. 
Anita (36) ibu dari dua putra,
istri seorang petani di desa Kotapulu, Sigi untuk menambah penghasilan
sehari-hari menjual brownis dan jeli. Saat gempa, rumah Anita yang baru
dibangun rusak parah, termasuk dapur tempat ia menghasilkan hidangan lezat yang
dijualnya. Untungnya, dia dan keluarga selamat.

“Sehari setelah gempa, hal
pertama yang diselamatkan suami saya dari puing-puing rumah adalah kompor dan
oven, bersama peralatan dapur lainnya. Dia tahu bahwa ini penting bagi saya,
dan untuk keluarga kami,” katanya.

Bersama suaminya ia membangun
rumah sementara di belakang yang rusak, termasuk dapur.

Setelah Anita menerima bantuan
uang tunai dari FAO, ia kembali memulai bisnis kecilnya. Dia menggunakan
sebagian uang tunai untuk membeli makanan bergizi untuk keluarganya. Sisanya ia
membeli bahan masak untuk membuat brownis dan agar-agar.

“Saya menggunakan bantuan uang
tunai untuk memulai kembali bisnis kecil saya. Saya mendapatkan uang sekitar Rp30
ribu per hari. Ini menambah pendapatan keluarga kami, terutama untuk memberi
makan anak-anak,” katanya.**

Berita terkait